Penulis Lambertus S.Sos.
Buleleng Bali.- Sangat panjang perjalanan Bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah. Sejak 18 Agustus 1945, sehari setelah dibacakan. Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia, para tokoh bangsa kita yang tergabung dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) dalam sidangnya mensahkan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ), menetapkan berlakunya UUD 1945 ,.menetapkan dan melantik Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Belanda yang masih ingin menguasai atau menjajah kembali Indonesia. Dalam catatan sejarah terjadi Agresi Militer Belanda hingga 2 kali. Pada agresi militer yang kedua tersebut yang diawali serangan ke kota Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibu Kota NKRI pada 19 Desember 1948. Yogyakarta berhasil diduduki oleh Belanda. Dalam Agresi tersebut Presiden dan Wakil Presiden berhasil ditawan Belanja.
Panglima Tentara Nasional Indonesia yang pertama : Panglima Besar Jenderal Soedirman tidak mau tunduk atau menyerah. Kata- kata Beliau : Soedirman memang sakit , tetapi seorang Panglima TNI tidak boleh sakit, tidak akan pernah sakit , Beliau merasa lebih mulia jika wafat di medan pertempuran sebagai sesorang Kesatria Sejati.
“Beliau yang saat itu dalam kondisi sakit dengan ditandu mempimpin perlawan, keluar -masuk hutan dari desa yang satu ke Desa yang lain, mempimpin peperangan dengan sistem Perang Grelia. Beliau membangun kekompakan, bahu – membahu degan rakyat. Puncaknya, dengan persiapan yang matang, soliditas dan solidaritas dari semua komponen perjuangan bangsa dilakukan Serangan Umum 1 Maret 1949.
TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Ini membuktikan bahwa NKRI masih ada ,TNI masih kuat dan tetap akan bertempur melawan penjajah hingga mereka angkat kaki dari NKRI.
Sejarah membuktikan bahwa TNI yang lahir dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat selalu hadir dalam berbagai dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara hingga saat ini.
Lambertus salah satu Dosen di SHS Buleleng dan Jurnalis GLOBEIndonesia.com. Mencari beberapa elemen masyarakat guna melihat bagaimana pandangan mereka mencermati perjalanan perjuangan Bangsa Indonesia. khususnya apa yang sudah dilakukan oleh TNI yang setiap 5 Oktober.
Kepala SD Katholik Karya Singaraja Sr Maria Paskalia , FSGM menyampaikan bahwa untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang unggul, yang berjiwa pantang menyerah, ksatria sejati yang cinta tanah air dimulai dari Pendidikan Dasar. Pengajaran dan penerapan 4 pilar yakni Disiplin- Jujur – Tekun- Mandiri ( DJTM ).
Sr Maria Paskalia, menambahkan bahwa saat ini SD Katholik Karya Singaraja telah memasuki usia 60 tahun. Beliau menyampaikan sangat bangga dan berbahagia bahwa para alumni banyak yang sukses, baik sebagai pejabat pemerintah, TNI / POLRI, Pengusaha maupun Profesional lainya. Demikan pandangan Beliau.
Sementara itu , Direktur Sekolah Hotel Singaraja ( SHS ) Jro Made Sukamaji, mengatakan bahwa selalu mengajarkan nilai- nilai Semangat juang para Pahlawan, semangat cinta tanah air, 4 Pilar Kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
Banyak sekali Alumni yang bekerja diluar negeri, termasuk sebagai tenaga kerja di Kapal Pesiar, sehingga para alumni tidak mudah terkena paparan ideologi yang bertentangan dengan Idiologi Pancasila.
Dengan persiapan awal dan strategi pengajaran yang terencana bisa tercetak SDM yang tangguh dan unggul.
Sementara itu menurut pemaparan dr Putra Sedana Sp.Og, yang juga selaku Ketua Banteng Muda Indonesia ( BMI ) cabang Buleleng Bali, yang sangat aktif melakukan bakti sosial kesehatan di Kabupaten Buleleng , bahwa agar tercipta manusia Indonesia yang tangguh, unggul harus dimulai sejak “jabang bayi ” masih berada dalam rahim ibunya, karena disitulah dimulai sebuah kehidupan, sepeti mengonsumsi nutrisi sehat, bergizi serta kasih sayang serta selalu berdoa kepada Tuhan.
Bukankah Bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 secara tegas menyatakan Kemerdekaan Indonesia juga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Mari kita sebagai generasi penerus senantiasa mengejawantahkan semangat para para Pahlawan.”Bangsa yang besar adalah bangsa Yang menghargai jasa para pahlawan.” (*)