Sebagai tumbuhan asli Indonesia, cabai Jawa merupakan sejenis rempah yang masih berkerabat dekat dengan tanaman lada dan kemukus. Cabai Jawa tercatat dalam keluarga Piperaceae atau sirih-sirihan.
Tanaman cabai Jawa memiliki berbagai sebutan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Java long pepper. Di Indonesia juga ada beberapa sebutan seperti lada Jawa, cabai jamu, cabai puyeng, lada panjang. Orang Sumatera menyebutnya dengan cabai panjang. Masyarakat Sunda menyebutnya cabai Jawa. Masyarakat Jawa sendiri memberi nama cabean, cabe alas hingga cabe Jamu. Orang Madura menyebutnya dengan sebutan cabe jharno, cabe ongghu dan cabe solah. Sementara masyarakat Sulawesi menamakannya dengan cabia dan cabian.
Dalam penjelasan ilmiah secara morfologi cabai Jawa merupakan tanaman terna atau (tumbuhan dengan batang lunak tidak berkayu). Dengan kekhasan yang memanjat dan memiliki panjang batang sekitar 5 hingga 15 meter. Memiliki buah dengan ujung bebas membulat, bentuknya memanjang dengan warna hijau menunjukan buah ini masih muda, lalu pada buah yang masak atau matang bewarna merah hingga hitam dengan susunan buah beruntai.
Pada tumbuhan atau tanaman cabai Jawa ini memiliki ciri berbatang warna hijau menjalar dengan daun berbentuk seperti daun sirih hanya saja daun cabai Jawa lebih lebar. Cabai Jawa memiliki daun tunggal dengan duduk daunnya berseling. Helaian daun memanjang, dengan panjang daun 3 hingga 10 sentimeter, adapun lebar daunnya 2,5 hingga 4,5 sentimeter.
Produk perdagangan cabai jawa adalah untai yang dikeringkan, berguna sebagai bumbu masak dan berkhasiat untuk pengobatan. Khasiat inilah yang membuat cabai jawa diminati pasar luar negeri.
Ada 12 negara yang menjadi pelanggan rempah asal Lampung ini yang meliputi Uni Emirat Arab, India, China, Nepal, Pakistan, Banglades, Jepang, Jerman, Malaysia, Vietnam, Inggris dan Turki.
Era digital seperti saat ini tentu makin memudahkan jalur perdagangan, melalui digital marketing hasil panen cabe jawa mampu merambah pasar ekspor tersebut. Meskipun harus melalui proses sertifikasi agar mampu diterima masyarakat internasional sebagai jaminan kualitasnya.
Melihat potensi pasar yang sangat bagus tesebut para pembudidaya cabe jawa yang ada di Kota Metro, Lampung dengan berkonsultasi kebeberapa pihak mulai serius menanam komuditas rempah Indonesia ini.
Ramil, ( 42 ) salah seorang pembudidaya cabe jawa saat memberikan keterangannya mengatakan.
Dengan berkonsultasi kebeberapa pihak serta melakukan dengan beberapa pembudidaya yang sepakat untuk mulai serius dan profesional dalam menjaga kualitas cabe jawa serta meningkatkan hasil panen untuk mampu ikut menembus pangsa ekspor kedepannya.
“ Setelah berkonsultasi dengan beberapa pihak yang mempunyai kompetensi pada bidang ini, Serta mengumpulkan beberapa pembudidaya untuk berdiskusi bagaimana cara meningkatkan hasil panen juga menjaga kualitas produk cabe jawa, Insya Allah kedepannya kami siap untuk ikut mengekspor cabe jawa ke luar negeri. Karena permintaan pasar mancanegara sangat tinggi.” Jelasnya.
Untuk diketahui, Cabai Jawa dinyatakan sebagai simplisia yang cukup aman dan tidak berbahaya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan cabai Jawa bisa dipakai sebagai simplisia atau bahan alami yang digunakan untuk obat yang belum mengalami perubahan proses apa pun.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun.
Cabai jawa atau cabe jamu adalah salah satu tanaman herbal yang memiliki khasiat untuk kesehatan. Kandungan senyawa di dalamnya mampu mengatasi gangguan lambung, sakit gigi, batuk, asam urat, darah rendah, serta mampu menghangatkan dan mengurangi rasa sakit pada tubuh. Adapun senyawa tersebut berupa piperin, asam palmitik, asam tetrahidropiperik, piperidin, minyak atsiri, dan sesamin.
Saat ini cabai jawa asal Provinsi Lampung menjadi salah satu hasil pertanian yang cukup diminati di pasar ekspor. Dalam program Iqfast (Indonesia Quarantine Full Automation System) Badan Karantina Pertanian (Barantan) di Karantina Pertanian Lampung, tercatat frekuensi ekspor cabe jawa di Provinsi Lampung tahun 2019, 2020, dan 2021 berturut-turut 9, 33, dan 6 kali. Sedangkan volume ekspornya tahun 2019 sebesar 48,312 ton, tahun 2020 sebesar 459,034 ton, dan tahun 2021 sebesar 50,170 ton.( Yudha Saputra )