IMG-20211103Baja Tani Bali : Perjuanganmu Sekarang Lebih Berat Karena Musuhmu adalah Bangsamu Sendiri.WA0355-4970e51a
Kabar Wirausaha

Baja Tani Bali : Perjuanganmu Sekarang Lebih Berat Karena Musuhmu adalah Bangsamu Sendiri

 

Bali-.Petani harus berpikir, bertindak ala Pengusaha, memiliki semangat pejuang tangguh, tidak mudah dibujuk rayu investor yang ujung – ujungnya Investor tersenyum meraup keuntungan , si Petani ” menangis sedih ” karena bermimpi meraup untung namun yang terjadi buntung , ” demikian Komang Nastra mengawali diskusi dengan Penulis , Senin 1 November 2021 di Kantor Sekretariat DPD KAMIJO ( Kader Militan Jokowi ) , Dusun Sumbersari, Desa Melaya , Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali.

Komang Nastra yang juga Ketua DPD KAMIJO Kabupaten Jembrana melanjutkan ” Para Petani harus belajar dari sejarah. Jangan cepat terbuai oleh pihak atau oknum yang menawarkan kerjasama pengembang bisnis produk pertanian.

Ketika panen tiba oknum tersebut tidak bertanggung jawab. Yang terjadi alhasil panen diobra murah oleh Petani, pohonpun dibabat. Kemana Petani mengadu nasibnya ? Haruskah mencari awaban kepada ” rumput yang bergoyang ” seperti lirik sebuah lagu , ” ujar Komang Nastra dengan raut wajah menunjukkan keprihatinan.

Ia menambahkan ” Persoalan carut marut bisnis pertanian yang sering sekali merugikan Petani mesti dicari solusi bersama antara Pemerintah Pusat , Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten /kota se – Bali, para Pengusaha di sektor pertanian dan perdagangan serta melibatkan para Jurnalis atau media pers , ” ujar Komang Nastra.

Di tempat terpisah, dalam suasana awal Bulan Pahlawan, 1 November 2021 , bertempat dilahan milik I Wayan Sudarsana , Lingkungan Mertasari, Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana , dilakukan diskusi dalam nuansa keakraban bertema. Bagaimana agar para Petani khususnya di Bali bisa memiliki ketangguhan dalam menjalankan usaha atau bisnis pertanian.

Pembina Baja Tani Bali, Dr I Gusti Ngurah Rai,MH, menuturkan bahwa ” Para Petani harus belajar dari pengalaman masa lalu. Melihat peluang yang ada , memiliki strategi jitu dan memahami betul seluk beluk tanaman yang ada , harus ahli dan profesional serta tidak melupakan warisan adat , budaya dari para pendahulu sepeti Pertanian Subak yang tidak terlepas dengan konsep Tri Hita Karana , ” ujarnya.

Ia menambahkan” Banyak Negara tertarik melakukan kerjasama perdagangan hasil pertanian seperti buah – buahan. Namun sangat disayangkan ketika uji sampel ( red : uji contoh produk ) tidak lolos standar dari negara yang menjadi sasaran eksport perdagangan komoditas pertanian.
Sangat perlu para Pemangku kepentingan serta pemegang kebijakan dalam hal ini Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten / Kota se – Bali bisa duduk bersama dan Media Pers harus dilibatkan, karena jika sebuah kegiatan diiris beritanya oleh awak media maka fakta atau kenyataan lebih meyakinkan , ” ujar Gusti Ngurah Rai.

Ia menambahkan ” Kami sangat senang jika banyak media pers mau bersinergi dengan Baja Tani Bali demi membangun ketahanan pangan dan kesejahteraan Petani di Bali. Ngiring sareng – sareng ( red : mari bersama – sama ) bergotong – royong membangun pertanian yang maju , yang bisa mensejahterakan para Petani di Bali dan berkesinambungan serta tidak merusak ekosistem alam lingkungan , ” ujar Gusti Ngurah Rai yang sedang merintis budi daya tanaman Kurma di Kabupaten Jembrana , Propinsi Bali.

Tak ketinggalan ” Kartini masa kini ” Made Ayu Agustina yang akrab dipanggil Aulia menyampaikan pendapatnya dan berbagi pengalaman khususnya di Jawa Tengah , sepeti di Kabupaten Boyolali.

Aulia yang juga ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia ( IKAPPI ) Kabupaten Jembrana menuturkan bahwa : ” Perlu upaya mensinergikan para Petani, Pemodal ( Investor ), Pemerintah dan kelompok Petani. Ini kunci awal, ” tegas Aulia, sangat antusias berbagi pengalaman di Jawa Tengah.

Pemaparan Aulia , secara ringkas dapat penulis rangkum jadi 4 P pemasaran , harus mengacu ke pasar agar hasil produksi Petani laku dalam perdagangan. Pendidikan atau edukasi petani kita mesti mengikuti juga perkembangan teknologi pertanian maupun perkembangan sistem informasi misalnya melalui YouTube. Pertemuan diskusi yang berkesinambungan antara 4 pihak yakni, Pemerintah , Petani atau kelompok Petani, pengusaha atau Investor serta para Jurnalis atau Media Pers..Hasil diskusi bisa dipublikasikan juga dan terakhir Penerapan teknologi pasca panen harus sangat diperhatikan.

I Wayan Sudarsana selaku tuan rumah menyampaikan pengalaman puluhan tahun berkarya di sektor pertanian dan perkebunan mengatakan bahwa” Prinsip dasar Petani adalah hasil produksi atau panen yang bagus dan laku dipasaran, mendapat untung. Ia melanjutkan bahwa , ” Saya sangat berharap kehadiran Baja Tani Bali bisa sebagai sebuah solusi untuk membangun pertanian yang maju yang bisa mensejahterakan para Petani khususnya di Bali , ” ujar Sudarsana yang pernah menjabat Plt ( Pelaksana Tugas ) Kepala Unit Tingkat Terakhir Perusahan Daerah Bali ( Purusda Bali) di Pekutatan , Kabupaten Jembrana , lahan perkebunan milik Pemerintah Propinsi Bali , yang juga Ketua organisasi Bala Bali Mula ( BBM ) Kabupaten Jembrana.

Sebuah organisasi yang bersifat sosial dan keagamaan yang anggotanya dari Kawitan ( red : marga atau garis leluhur ) Pasek Kayu Selem yang berpusat di Desa Soongan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli , Propinsi Bali ), yang saat ini berdomisili di Kabupaten Jembrana.

Sementara itu Made Hardika, tokoh Seniman dan Budayawan yang juga Ketua Yayasan Nyoman Rai Srimben ( red: Rai Srimben adalah nama Ibunda Bung Karno ), yang juga Dewan Pembina DPW KAMIJO Bali , ketika Penulis ditemani Komang Nastra , Ketua DPD KAMIJO Kabupaten Jembrana , Selasa , 2 November 2021, melakukan video call Whatsapp terkait mengapa para Petani di Bali sering merasa menjadi pihak yang dirugikan dalam berbagai perjanjian , kerjasama atau bisnis budi daya pertanian atau perkebunan, Beliau menyampaikan pendapat yang dapat penulis rangkum menjadi 3. Pertama jangan melupakan sejarah, sebagaimana pernah disampaikan oleh Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia : ” Kutitipkan Negeri ini kepadamu..Perjuanganmu sekarang lebih berat karena musuhmu adalah Bangsamu sendiri “

Masih banyak para Pengusaha yang hanya berorientasi kepada keuntungan Pengusaha sendiri tanpa bersikap arif dan bijaksana terhadap para Petani. Seharusnya dibangun simbiosis mutualisme atau kemitraan yang saling menguntungkan sebagai sesama anak Bangsa Indonesia. Pengusaha dan para Petani bukan bermusuhan tetapi bersahabat, bersaudara, saling rangkul bukan saling pukul, sebagai penerus semangat juang para Pahlawan Indonesia.

Perkataan Bung Karno , sosok tokoh besar yang dimiliki oleh Bangsa dan Negara Indonesia ini sangat visioner. Sangat tepat dalam kenyataan kini. Petani sering terpuruk karena harga anjlok saat panen, kelangkaan pupuk dan harga pupuk yang meroket disaat Petani membutuhkan, juga tak jarang Petani terbelit utang yang mencekik dari para Rentenir yang juga sesama warga Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ).

Kedua, Petani tidak memiliki power atau kekuatan untuk menentukan harga pasar komoditas pertanian.
Ketiga, sering dirasakan implementasi kebijakan yang diambil oleh pemangku kepentingan dalam hal ini Pemerintah, oleh para Petani dirasakan tidak pro pada kesejahteraan Petani.

Diakhir pembicaraan Made Hardika yang juga Seniman menyebutkan sebuah puisi karya Beliau yang dibuat November 2019 , berjudul Ibu.Pada 2 alinea berbunyi : “Jangan menunduk, tetaplah ke depan , jangan teteskan air mata, air mata Ibu terlalu sakral bila basahi bumi ini, bumi kan berduka selamanya. Ibu menunduk karena di bawah ada yang harus diperhatikan. Mereka mendekap, tanah gersang penuh harap , saudara mu jua , ” ujar Made Hardika.

Diakhir percakapan Made Hardika sangat berharap bahwa ” Kehadiran Baja Tani Bali bisa menjadi ” rumah besar ” bagi para Petani di Bali yang bisa mensejahterakan para Petani dengan berdasarkan Pancasila , kearifan lokal serta nilai – nilai yang terkandung dalam Tri Hita Karana, ” tutup Made Hardika yang juga keponakan Dr. Ir Soekarno , Bapak Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. (*)

Penulis:
Biro Buleleng , Bali
Lambertus Theo , S.Sos.
Ketut Sopandana, S.P.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *