IMG-20240812-WA0015
Kabar Nasional

FOKKA, Agenda 45 & Tamsis Bangun Diskusi Terbatas Memperkuat Otonomi Daerah Melalui Pilkada

Bima globeindonesia – Otonomi daerah harusnya mampu membuat setiap daerah untuk mandiri. Jauh panggang dari api, harapan tersebut tidak mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai kendala. Berupaya untuk memperkuat otonomi daerah melalui Pilkada, FOKKA Institute, Agenda 45 & STKIP Taman Siswa Bima menggelar diskusi terbatas di Gedung Beradab Kampus Induk STKIP Taman Siswa Bima, Minggu (11/08/2024).

Salah satu inisiator kegiatan, Ketua FOKKA Institut, H.Arsyad Hasan M.Kom., mengajar semua pihak yang terlibat dalam diskusi terbatas untuk bersama-sama mencari formulasi otonomi daerah. Formulasi tersebut diupayakan sesuai dengan kondisi daerah. “Ingin bersama-sama mencari formula otonomi daerah, seperti apa sih yang ada di Bima, untuk kita berikan masukan kepada para pemikir di Jakarta sesuai dengan data dan fakta yang dibutuhkan,” ungkapnya membuka diskusi.

Hal tersebut dinilai penting karena akan menjadi bentuk kontribusi kongkrit dalam menentukan arah dan tujuan pembangunan Indonesia di 2045. “Ini adalah sarana membangun tradisi berpikir. Berpikir bareng-bareng. Selama ini pola pikir satu arah, hanya menerima. Sekarang kita saling bertukar dan membuka informasi, memperkuat argumen. Salah satu kontribusi kita, untuk nanti di sosialisaikan ke daerah-daerah lain,” tambahnya menegaskan.

Kesempatan berikutnya, giliran Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr. H. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si., yang memberikan sambutan. Diawal sambutan, dia mengaku menerima kehormatan karena kampusnya menjadi salah satu tempat untuk FGD. Karena dari diskusi yang dilaksanakan tersebut akan menjadi arah kebijakan.

Menurutnya, FGD yang digelar merupakan wadah untuk menghimpun informasi sebagai agregasi kebijakan yang diskursus cukup lama. Pilkada yang ada desentralisasi kebijakan fokus kepada daerah. Karenanya, harus dilakukan evaluasi terharap pelaksanaan otonomi daerah.

 “Kita harusnya sudah tidak tersentralisasi. Tetapi faktanya, 520 kabupaten dan kota menghabiskan uang untuk ke Jakarta dalam 2 bulan terakhir. Harusnya bisa merdeka dalam segela ketegangan, ini menjadi PR bagi FOKKA, PR bagi Agenda 45 dan PR bagi kita semua yang muda,” tukasnya.

Sementara Direktur Agenda 45, Warsito Ellwein, memulai pancingannya dengan mengatakan pentingkan diskusi serupa untuk terus dilakukkan. Tidak hanya sampai pada tahap diskusi, tetapi perlu ada komitmen dari para pihak di Jakarta sebagai pelaku/tokoh gerakan masyarakat sipil. 

“Kami mempunyai komitmen bahwa masa depan Indonesia tergantung daerah, tidak bisa hanya di urus di pusat. Sekarang tekhnologi informasi telah membuka peluang bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi dari berbagai dunia. Ini adalah peluang bagi kita, kecapatan informasi. Kita bisa berokumuniaksi dengan siapapun dn dimanapun, persaingan ini ketat,” beber pria yang sejak 1987 tinggal di Jerman itu.

Menurutnya, untuk membicarakan problem tentang Bima, tidak cukup dengan orang-orang yang ada Bima. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan memperbaiki tata kelola dan meningkatkan kapasitas dengan tekhnologi. “Saya lahir dari keluarga miskin dari desa. Namun perubahan dan kemajuan sangat mungkin. Saya belajar dan bekerja lebih giat. Saya menulis banyak buku, bekerja di berbagai kantor di dunia. Bagaimana kita meningkatkan kapasitas kita dengan tekhnologi, memanfatakan kesempatan. Kunci utama negara demokrasi, masyarakatnya aktif, negara hanya menyediakan,” tekannya.

Diakhir sambutannya, dia mengajak agar bersama-sama membuat otonomi daerah yang betul-betul membantu mengembangkan masyarakatnya. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat dari berbagai daerah, agar otonomi daerah benar-benar mewakili daerah, bukan dari pusat. “Kita harus bergantung pada tangan kita sendiri, menunggu bantuan orang tidak menentukan perubahan kita. Maju ditangan kita sendiri. Idealnya kepala daerah harus bertanya-tanya, saya kurang apa ya, kenapa masyarakat belum mengerti. Namun yang terjadi sekarang adalah banyak janji-janji gombal, semua demi kepentingan calonnya sendiri. Bukan kepentingan masyarakat,” sentilnya seraya menutup sesi sambutan dengan empat penekanan. 

“Ini adalah momen agar kita bisa menentukan pemimpin yang lebih baik. Menyusun UU Otonomi daerah yang lebih baik. Menyusun rencana pembanguan jangka panjang 2025-2045. Dan, Berkontribusi aktif ikut membangun jangka panjang menuju Indonesia EMAS 2045,” pungkasnya.

Pantauan media globeindonesia.com ini, kegiatan yang dilaksanakan sejak pukul 13.00 -17.00 Wita itu berlangsung lancar. Hadir sebagai peserta diskusi, Warsito Ellwein (Direktur Agenda 45), Dr. Ibnu Khaldun M.Si (Ketua STKIP Taman Siswa Bima), Muhammad Hasyim, S.Sos. Sh., MEc.Dev (Kepala Kebangpol Kota Bima), H.Arsyad Hasan Mkom ( Ketua FOKKA Institut), H. Haeruddin S.T. M.T (Budayawan), Ayang Saifullah (Tokoh Masyarakat Sangiang), Irvan DJ, S.H (Kabag Ekonomi Kab.Bima), Indra Alam, SE/Sanggili Kae (Tokoh Media), Saddam (KAHMI Bima), dan Ketua HMI Cabang Bima. Bertindak sebagai MC, Indra Alam SE (Tokoh Media). (RF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *