Petani Terancam Rugi, Harga Singkong Kupas di Cimanggu Anjlok Menurun Drastis Jadi Rp 700 Per Kilo
Kabar Pariwisata

Petani Terancam Rugi, Harga Singkong Kupas di Cimanggu Anjlok Menurun Drastis Jadi Rp 700 Per Kilo

Sukabumi- Para petani singkong Wilayah Cimanggu Kabupten Sukabumi, yang terpaksa harus memanen sebagian tanaman singkongnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan anjloknya harga singkong yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir.” Senin (3/5/2021).

Dimana harga singkong kupas bila normal kisaran Rp 2000 /Kg, yang pada bulan lalu masih bisa dijual dengan kisaran harga Rp 1000 per kilo gram, sekarang malah menurun drastis hingga kisaran Rp 700- per kilo gram. Penurunan harga ini, tentu membuat para petani singkong mengalami kerugian.

Seperti diungkapkan ketua BPP Kecamatan Cimanggu Aan Rustandi ke GLOBE Sukabumi. Saat ini di Wilayah Cimanggu memang sedang musim panen singkong. Namun musim panen kali ini, Tentu Para petani sangat berbeda karena tidak akan se gembira pada saat menghadapi musim panen singkong tahun lalu,” Ucapnya.

“Para petani Singkong sangat menantikan sekali hasil panen ini. Namun kalau harganya anjlok seperti sekarang Singkong Kupas Rp 700 Per Kilo gram itupun masih mendingan, dari pada singkong tersebut tidak di panen. Berharap ada pembeli yg siap nampung hasil Ubi kayu dengan harga yg layak biar Para petani Ubi kayu ( Singkong ) mendapatkan Untung.

Andaikan harga jual singkong normal, pasti para petani akan mendapat keuntungan yang lumayan besar untuk membantu pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari di masa pandemi Covid-19 ini.”Tuturnya.

Sekjen DPD Jaringan Wirausaha Indonesia Firman Ardiansyah yang juga Putra Anang Janur Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi berpendapat : “Jaringan wirausaha Indonesia DPD Kab-Sukabumi, Carikan terobosan pemasaran permasalahan singkong para petani diantaranya adalah singkong di oleh untuk di proses menjadi tepung tapioka baru akan di pasarkan untuk bahan baku mie dan lain-lain, disamping ada nilai tambah, sedikit banyak akan menyerap tenaga kerja” Imbuhnya.

Sedangkan Qusyairi Sumbermanggis ketua umum DPP Jaringan Wirausaha Indonesia menyampaikan via WhatsApp kepada awak media GLOBE Sukabumi : “Saya mendukung ide, gagasan, dan terobosan tersebut, jangan terus-terusan petani jadi permainan pasar, harga harus di tentukan atas dasar biaya tanam, biaya pupuk, biaya panen minimal 3000 atau minimal 2500/kg, jangan di jual, atau di olah terlebih dahulu menjadi gaplek atau tepung tapioka, supaya ada nilai tambah”, demikian urai Qusyairi Sumbermanggis, mengakhiri.(*)
Reporter:Sdv

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *