Oleh : KH. Thoha Muntaha
Pengasuh Pesantren Minhajut Tholab Krikilan Banyuwangi
Kegagalan meraih kursi Senayan untuk kali kedua nampaknya membuat kesedihan tersendiri bagi pasangan muda Gus Anas dan Ning Ipuk
Bisa jadi Pacitan tempat Gus Anas berlaga adalah daerah yang kurang “menjanjikan” bagi PKB sekaligus asing bagi dirinya karena ia berasal dari Banyuwangi
Namun kesedihan tidak berlarut-larut karena pengalaman nya berproses sebagai kader IPNU dan Ansor plus dorongan semangat dari sang istri Ning Ipuk membuat Gus Anas menjadi pribadi yang tangguh
“Bangkit dan tatap masa depan dengan optimisme” demikian bisik Ning Ipuk yang hingga kini masih membekas
“Bagaimana caranya” tanya Gus Anas
“Bernadzarlah untuk selalu menyantuni anak yatim, minta doa pada mereka agar Allah memberikan yang terbaik” jawab Ning Ipuk
Serta merta saat Dewi Fortuna menghampiri karir Gus Anas terpilih Sebagai bupati Banyuwangi maka di setiap acara resmi pemkab Banyuwangi selalu menyertakan santunan anak yatim yang kemudian di ikuti oleh hampir semua instansi
Puncaknya perhatian kepada anak yatim di buktikan dengan anggaran mencapai 15 milyar rupiah dan menyertakan dalam rangkaian festival untuk mendongkrak pariwisata ada festival anak yatim dengan menghadirkan kegembiraan 1000 anak yatim di setiap bulan Muharram lengkap dengan semua ekspresi kreatif nya
Bahkan Gus Anas mempersilahkan kepada anak yatim untuk tinggal bersamanya di rumah dinas
Dari rangkaian narasi yang demikian layak kepada Ning Ipuk disematkan gelar “bunda anak yatim” karena motivasinya Gus Anas menjadi satu satunya bupati di Indonesia yang punya perhatian maksimal kepada anak yatim