Bali- Bang Karno didampingi Bung Hatta , atas nama Bangsa Indonesia membacakan Teks Proklamasi pada 17 Agustus 1945 di Jakarta. Pada keesokan harinya , 18 Agustus 1945 Indonesia memiliki Presiden dan Wakil Presiden Pertama yakni Bung Karno dan Bung Hatta , serta berlakunya UUD 1945.
Berita Proklamasi tesebut segera menyebar ke berbagai wilayah Indonesia, rakyat Indonesia menyambut dengan gembira dan penuh syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Namun , dengan telah dikumandangkannya Proklamasi 17 Agustus 1945 bukan serta merta Indonesia aman sentosa. Sejarah perjalanan bangsa dan Negara Indonesia mencatat bahwa Belanda ingin kembali menguasai tanah persada nusantara dengan membonceng tentara NICA.
Luar biasa dahsyat pertempuran menghadapi tentara Nica. Di Ambara terjadi pertempuran yang kini dikenal dengan Palagan Ambarawa, di Surabaya , Jawa Timur, sejarah mencatat peperangan maha dahsyat dan kini dikenal sebagai Peristiwa 10 Nopember 1945 yang ditetapkan sebagai hari peringatan nasional : Hari Pahlawan.
Di Bandung , Jawa Barat kita mengenal Bandung Lautan Api.
Bagaimana dengan Bali ?
Semoga masih banyak yang ingat peristiwa heroik, Perang Puputan Margarana 20 November 1946. Hasil penelusuran Penulis di Geogle terkait peristiwa perlawanan Dewan Perjuangan Republik Indonesia Sunda Kecil dipimpin oleh Letnan Kolonel ( Letkol ) I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Beliau dikenal dengan Pasukan Ciung Wanara, menemukan informasi yang dikutip dari Situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa Letkol I Gusti ngurah Rai serta 1372 pejuang gugur sebagai Pahlawan Kesuma Bangsa.
Selasa , 2 November 2021, salah satu pejuang tangguh yang terlibat langsung dalam perang mempertahankan Kemerdekaan Indonesia khususnya di Bali , Bapak Made Arka, yang akrab dipanggil Bape Lemuh ( red : Bapak dalam bahasa Bali disebut Bape ) , wafat dalam usia 95 tahun.
Info yang Penulis dapatkah dari anak Bungsu Beliau, Ketut Sukrina bahwa almarhumah akan dikebumikan Sabtu 6 November 2021 di pemakaman Banjar Adat Runuhkubu, Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Bape Lemuh pada jaman perang Kemerdekaan , berdasarkan data yang penulis dapatkan dari dokumen milik almarhum, dalam kurun waktu perang Kemerdekaan yakni dari Agustus 1945 sampai 15 Januari 1950 masuk dalam kesatuan pasukan di wilayah Buleleng , Bali , terakhir dalam kesatuan yang dipimpin oleh Pak Tjilik.
Dari penuturan anak Beliau Nyoman Supeni bahwa Bape Lemuh saat berjuang juga bersama Luh Suci setelah perang Kemerdekaan , mereka menikah. Luh Suci telah lebih dulu meninggal.
Nyoman Supeni menuturkan bahwa : ” Ibundanya ikut berjuang, terutama sebagai pembawa pesan, mematai – matai pasukan musuh dan kadang membawa senjata yang diselipkan dalam pakaian yang dikenakan maupun dalam keranjang yang berisi sayuran mentah atau buah- buahan untuk disampaikan kepada pasukan Indonesia. Namun Luh Suci belum menerima Surat Keputusan sebagaimana Made Arka yang mendapatkan pengakuan, pengesahan dan penganugerahan gelar kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia , yang ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 24 Desember 2008 oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia Juwono Sudarsono , ” ucap Nyoman Supeni.
Penulis berharap kepada Pemerintah Indonesia, Pemerintah Daerah agar ada perhatian juga kepada keluarga para Pahlawan, para Veteran yang telah berkorban bagi nusa dan bangsa. Juga semoga para generasi penerus bisa meneruskan semangat perjuangan para Pahlawan , jangan malah merusak Bangsa dan Negara Indonesia yang telah dibebaskan dari penjajahan bangsa asing dengan cucuran darah dari jutaan para Pahlawan dan para pejuang tangguh.
Selamat jalan Bape Lemuh, selamat bertemu kembali dengan Luh Suci dan kawan seperjuangan, yang telah lebih dulu menghadap Sang Pencipta.
Terima kasih atas jiwa pengabdian Bape Lemuh dan Luh Suci serta para pejuang yang membuat Negeri Indonesia merdeka dari penjajahan Bangsa – Bangsa asing. Semoga semangat juang yang luar biasa : “Merdeka atau mati , Indonesia Harus Tetap Merdeka ” menjadi ” pembakar ” semangat kebersamaan , persatuan untuk Indonesia menjadi negara berdaulat , adil dan makmur merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik indonesia ( NKRI ).
Penulis:
Lambertus Theo , S.Sos
Biro Buleleng.