IMG-20250510-WA0134
Kabar Edukasi

Tandur Spirit Dakwah Holistik di Kampus, Tamsis Bangun Peradaban Melalui Ilmu dan Akhlak

Bima – suasana hangat memenuhi STKIP Taman Siswa Bima. Mata para mahasiswa berbinar, sebagian berdebar penuh antusias, mengikuti jejak baru dalam perjalanan mereka: Pelatihan Dakwah Holistik. Berdiri tegak dengan visi Pendidikan untuk Peradaban, kampus ini sekali lagi meneguhkan jati dirinya sebagai rumah bagi generasi intelektual yang berakhlak mulia, tempat ilmu dan iman berpadu menumbuhkan peradaban. Sabtu pagi, (10/5/2025).

Meski Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr. H. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si., tak dapat hadir secara langsung, salam hangat beliau disampaikan melalui Ustadz Muhammad Yusuf, M.Pd., yang mewakili pimpinan kampus. Dalam suaranya yang tenang namun penuh semangat, Ustadz Yusuf menyampaikan rasa terima kasih kepada dua narasumber utama pelatihan, yang siap membagikan ilmu dan pengalaman berharga kepada para mahasiswa. “Ini kegiatan pertama kita, dan insyaAllah bukan yang terakhir,” ujarnya dengan optimisme, sembari mendorong panitia untuk menindaklanjuti kegiatan ini dengan pendalaman materi dan praktik yang berkelanjutan.

Dengan 40 mahasiswa peserta yang sebagian besar masih duduk di semester dua, semangat yang terpancar begitu nyata. Mereka disiapkan bukan hanya untuk lulus akademik, tetapi untuk terjun ke masyarakat dengan bekal keterampilan dakwah dan pengobatan ala thibbun nabawi, termasuk bekam, yang sarat nilai sunnah Rasul. Ustadz Yusuf menegaskan, “Mahasiswa, terutama yang semester lima nanti akan KKN, sangat positif jika membawa ilmu seperti ini ke masyarakat. Ini cara kita menebar manfaat, menebar cahaya.”

Dua narasumber yang hadir, Ustadz Syarifudin, S.Pd., dan Ustadz H. Dedy Wahyudin, S.Kep., M.Ked.Trop., memberikan warna yang khas dalam pelatihan ini. Ustadz Syarifudin memaparkan makna dan manfaat thibbun nabawi dengan bahasa yang hangat dan bersahaja. Ia mengingatkan pentingnya kembali kepada pengobatan yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, sembari menekankan manfaat bekam tidak hanya untuk mengobati penyakit fisik, tapi juga meredakan stres dan meningkatkan daya tahan tubuh mahasiswa. “Bayangkan,” katanya dengan senyum, “bekam tidak hanya membersihkan darah, tapi juga membersihkan hati dari resah.”

Sementara itu, Ustadz Dedy Wahyudin menggiring peserta menelusuri hakikat dakwah. Mengutip Dr. Fathi Yakan dan Dr. Taufiq al Wa’ie, ia menegaskan bahwa dakwah adalah upaya meruntuhkan kejahiliyahan dan membangun masyarakat di atas nilai-nilai Islam. Lebih dari sekadar ceramah, dakwah adalah panggilan jiwa untuk mengajak kebaikan dengan akhlak yang lembut. Ia mengingatkan peran perempuan dalam sejarah dakwah, merujuk pada Aisyah r.a. sebagai sosok ulama besar yang cerdas, berani, dan penuh kasih.

Pesan terkuat dari kedua narasumber adalah pentingnya membekali diri dengan ilmu, akhlak, dan keteladanan. Dakwah bukan sekadar lantang bersuara, tetapi juga tentang merangkul, menyentuh hati, dan mengajak dengan kebijaksanaan. “Seorang da’i itu ibarat pelita,” kata Ustadz Dedy, “ia tak hanya menerangi sekitar, tetapi juga rela membakar dirinya demi cahaya yang lebih luas.”

Yang membuat kegiatan ini semakin membekas adalah visi besar yang dibawa oleh STKIP Taman Siswa Bima. Kampus ini tak sekadar mencetak sarjana ber-IPK tinggi, tetapi juga menyiapkan generasi Z yang tangguh, adaptif, berwawasan, dan beriman. Dalam sambutan motivasinya beberapa waktu lalu kepada mahasiswa PGSD, Ketua STKIP Tamsis menekankan pentingnya growth mindset, ketekunan, dan keingintahuan sebagai modal utama menghadapi tantangan era pasca-COVID. Semua itu dirangkai indah dengan sentuhan nilai religius yang membumi.

Tak hanya berhenti di ruangan, semangat dakwah holistik ini diharapkan menjalar ke pelosok-pelosok, ke lokasi KKN, ke masyarakat desa, bahkan ke media sosial. Mahasiswa STKIP Tamsis didorong untuk menjadi pelopor perubahan — bukan hanya menguasai teori, tetapi membawa nilai-nilai Islam dan kebaikan dalam setiap langkah hidup.

Di bawah koordinasi OTK Pengembangan Beradab, pelatihan ini bukan hanya agenda sehari, melainkan langkah awal membangun ekosistem kampus yang memuliakan ilmu, iman, dan adab. Pesan akhirnya sederhana tapi dalam: bahwa dakwah bukan tentang siapa yang paling pintar berbicara, tetapi siapa yang paling ikhlas menebar manfaat.

Melalui dakwah kampus seperti ini, STKIP Taman Siswa Bima mengukir mimpinya, membentuk generasi akademisi yang bukan hanya cerdas otak, tapi juga cemerlang hati. Generasi yang mampu menyulut obor peradaban, dengan ilmu di tangan kanan dan akhlak di tangan kiri, menuju masyarakat yang lebih baik, lebih sejahtera, dan lebih beradab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *